Jumat, 17 Juli 2020

Light Me Up (part 4)- Roselyn NorthGod


Matahari pagi Paris menyorot memaksa masuk ke dalam kamar hotel yang Sehun tumpangi untuk seminggu. Walaupun kenyataannya Mas Sehun tidak tahu sampai kapan ia akan tinggal di Paris. Mas Sehun membuka matanya perlahan. Mencoba membiasakan matanya dengan sinar yang masuk lewat sela-sela jendela. Kepalanya terasa pengar. Ia butuh sup ikan untuk mengatasi.

"joh-eun achim, Bro." Ucap pria jangkung yang masih tergeletak di atas sofa. Pria itu juga terlihat habis mabuk.

"Kau datang ke Paris untuk mabuk-mabukan?" Sehun terkekeh, tentu saja tidak.

"Lebih tepatnya berlibur, tapi kau menyuruhku datang ke bar padahal aku hanya ingin main ke rumahmu." Balas Mas Sehun yang sibuk memijit keningnya.

Chanyeol hanya mengangguk paham karena beberapa ingatannya tidak utuh akibat dari alkohol yang beberapa tahun ini menjadi salah satu gaya hidupnya di paris. Berbeda dengan sehun yang sangat jarang menyentuh minuman keras itu sehingga ia masih bisa mengingat dengan baik.

"Sebentar! Ini bukan kamarku! Kita ada dimana?" Chanyeol tersadar akan keadaan kamar yang asing baginya. Ia curiga jika Mas Sehun menculiknya.

"Ini kamar hotelku, lebih tepatnya kamar 94 hotel La Clef Champs-Elysees. Jadi tenanglah jangan panik."

Sebenarnya tujuan Mas Sehun untuk menemui Chanyeol hanya untuk sekedar bercerita. Bercerita tentang apa yang selama ini ia alami dan sekarang ia tak tahu lagi cara menghadapinya dengan benar. Takdir telah membolak-balikan suasana hatinya yang sekarang ini tidak bisa ia kontrol.

Mas Sehun butuh pencerahan dari sahabat semasa kuliahnya ini. Tapi sekarang bukan saat yang tepat. Chanyeol masih dalam pengaruh alkohol. Bisa-bisa ia mengeluarkan pendapat yang salah mengenai nasibnya.

Tanpa terasa hari menjelang sore, matahari di paris jauh lebih sering bersembunyi di bandingkan dengan matahari di indonesia. Sampai tak sadar kini sudah hampir malam. Kini chanyeol dan sehun sedang menikmati matahari sore paris yang begitu indah. Mas Sehun tidak ingin melewatkan rasanya menikmati keindahan paris barang 1 menitpun. Tak ada percakapan diantara mereka, hanya sebuah suara teh hangat yang sesap oleh penikmatnya.

"Aku yakin kau bukan hanya sekedar berlibur. Kau meninggalkan perusahaan dan adikmu tersayang itu." Chanyeol mencoba membuka suara. Ia tidak betah harus berdiam ketika ada sahabatnya yang lama tak ia jumpai.

"Kau benar,"

"Jadi kau ingin apa kemari?" Chanyeol menatap intens wajah Mas Sehun, tak ingin melewati satupun mimik wajah yang bisa menjadi petunjuk mengapa sahabatnya ini pergi sejauh ini.

"Light me up." Chanyeol mengerutkan dahinya, tak biasanya ada mimik wajah seperti itu di wajah bak dewa itu. Mas Sehun mengalihkan pandangannya ke cangkir teh yang isinya sudah hilang setengah. Chanyeol dapat menangkap kesimpulan bahwa sahabatnya ini sedang larut dalam kesedihan. Chanyeol merogoh saku celananya, mengambil sebuah benda pipih berlayar dan menyalakan lampu benda itu, mengarahkannya ke Mas Sehun.

"Bukan pencerahan seperti itu." Chanyeol tahu itu, ia hanya ingin membuat Mas Sehun sedikit melupakan kesedihannya. Terbukti dengan mas sehun yang sedikit tertawa.

"Jadi begini," Mas Sehunpun mulai menceritakan semua yang mengganggu pikirannya. Dimulai dengan wanita yang berhasil membuka pintu hatinya yang ternyata kedatangan hanya ingin menyakiti hati. Lalu ada seorang gadis yang selalu mengetuk pintu hatinya tapi tak pernah ia hiraukan ketukan itu, gadis itu adalah aku, adiknya Lita namun sekeras dan selantang apapun aku mengetuk hati Mas Sehun, aku hanya adik di mata Mas Sehun. 

Kini wanita pemilik hati Mas Sehun sudah dipanggil oleh Tuhan, tersisa gadis itu, aku. Mas Sehun dilanda dilema dan pilu bersamaan. Aku saat ini berusaha memaksa masuk ke dalam hati Mas Sehun yang masih ngilu. Mas Sehun sudah tidak bisa lagi menahan aku. Tapi aku hanya adik, Mas Sehun tidak ingin tali saudara yang satu-satunya ia miliki dan ia ketahui hancur oleh cinta dan egois.

"Kenapa tidak kau anggap saja ini sebagai balas budi atas apa yang selama ini telah diberikan oleh keluarganya Lita?" tanya Chanyeol yang bisa menjadi pertimbangan bagi Mas Sehun.

Tiba-tiba saja pintu kamar Mas Sehun terketuk oleh seseorang. Mas Sehun membukanya dan betapa terkejutnya Mas Sehun. Terpampang sesosok wanita berpakaian minimalis, kalau tidak salah ia adalah sahabat Irene.

"Hai seulgi! Akhirnya kau datang." Chanyeol menyambut wanita itu. Wanita itu hanya memandangi wajah Mas Sehun yang masih kebingungan.

"Sehun, perkenalan ia Seulgi. Salah satu pegawaiku dan juga sahabat Irene semasa kuliah." Mas Sehun menjabat tangan Seulgi yang terulur.

Chanyeol dan Seulgi melakukan sebuah transaksi yang tidak dimengerti Mas Sehun. Mereka berbicara menggunakan bahasa perancis. Mas Sehun curiga bila mereka berdua memiliki bisnis yang gelap. Tapi Mas Sehun tidak mau ambil pusing, asalkan dia tidak merugi apa salahnya hanya diam. Seulgi berpamitan dengan senyuman centil yang ia lontarkan.

"Tadi aku yang memanggilnya kemari, ia psk dan ada klien yang kebetulan memesan kamar di hotel ini juga jadi aku menyuruhnya kemari bila sudah selesai. Bila kau butuh dia, kamu bisa membawanya pulang gratis." Chanyeol menjelaskan penuh dengan senyuman. Seperti tidak punya dosa. Sayangnya Mas Sehun bukan pria seperti itu.

Sebulan sudah Mas Sehun berada di paris, sepertinya ia salah memilih tempat berlibur. Karena ia berlibur untuk melarikan diri dari kisah asmaranya, tetapi singgah di kota penuh asmara. Kini, Mas Sehun harus kembali ke indonesia. Dengan keputusannya yang bulat dan matang. Ia sudah tidak sabar bertemu aku.

Sesampainya di rumah, ia mengetuk dengan antusias. Aku membuka pintu. Mas Sehun tersenyum bahagia di ambang pintu, tapi aku tak bisa tersenyum oleh sesosok yang ada di balik tubuh Mas Sehun, Seulgi. Kenapa setiap kali Mas Sehun pergi keluar negeri selalu saja ada wanita yang mengintili Mas Sehun. Seulgi tak kalah cantik dengan Irene. Aku yakin ia adalah wanita pengganti Irene. Aku mempersilahkan mereka masuk.

"Lita, perkenalkan ia Seulgi kekasih Chanyeol dan ia belum pernah ke indonesia jadi dia sedang berlibur untuk beberapa bulan di sini," Jelas Mas Sehun. Rasanya aku tidak asing dengan penjelasan itu. Ya, Mas Sehun juga memberikan alasan yang sama saat Irene datang kemari. Bedanya hanya status, Seulgi adalah kekasih Chanyeol sedangkan Irene adalah kekasih Mas Sehun. Jika Seulgi adalah kekasih Chanyeol lantas mengapa ia tak serta membawa Chanyeol kemari? Aku tahu Mas Sehun berusaha untuk tidak menyakiti perasaanku yang sebenarnya akan dihancurkan lagi oleh Mas Sehun. Mas Sehun menunjukkan kamar untuk Seulgi. 

Dimalam yang dingin tanpa bintang ini aku akan membunuh rasa yang selama ini aku perjuangkan namun terabaikan. Tanpa adanya jawaban ataupun kepastian. Aku menutup mataku, semoga saja esok semua rasaku pada Mas Sehun telah hilang. Pintu kamarku terketuk. Mas Sehun muncul di balik daun pintu. Mimik muka datar dan dingin tercetak di wajahnya. Sepertinya berita tidak enak akan ia sampaikan. Ia duduk di pinggir ranjangku.

"Mas mau bicara,"

"Boleh, tapi aku mau ngomong sesuatu dulu," Ucapku memotong. Mas Sehun menghela napasnya kasar. Tapi ia mengangguk setuju.

"Aku tau Mas Sehun tu ga suka sama aku." Mas Sehun mendelik. Mungkin pikirnya aku tahu dari mana.

"Selama ini aku selalu tersakiti setiap kali Mas Sehun sadar kalo aku tu cinta banget sama Mas. Selama ini aku tersakiti setiap kali liat Mas Sehun bahagia sama cewek lain yang seperti cuma cewek itu yang Mas Sehun temui sepanjang hidup Mas. Aku juga bingung, kenapa Mas Sehun ga pernah sadar kalo Mas itu membunuhku secara perlahan. Tapi gapapa kok, sekarang aku bakal berenti cinta ataupun suka sama Mas, karena aku bukan wanita idaman Mas yang begitu jauh kalo dibandingin sama aku. Dan aku juga sebatas adik, walaupun aku adik angkat Mas, jadi sekarang Mas ga perlu khawatir bakal nyakitin perasaan aku kalo Mas nikah lagi. Sekarang aku bakal berhenti mencintai Mas dan hanya menyayangi Mas layaknya kakak adik sebenernya. Mas bisa nikah lagi kok sama Seulgi, aku tau kok Seulgi itu pacar baru Mas Sehun." Sekarang mataku penuh dengan air yang terus menerus keluar tanpa bisa aku bendung lagi. Mas Sehun terdiam. Menelan ludahnya sendiri, mungkin sudah tidak bisa berkata-kata. Ia menghela napas lagi dan meremas sprei.

"Siapa yang bilang begitu ke kamu?"

"Ga ada, tapi aku bisa menangkap itu dari sorot mata Mas dan juga ketukanku pada pintu hati Mas yang ga pernah di buka. Jadi berenti mengetuk dan pergi dari hati Mas." Aku menarik selimutku kembali tidur memunggungi mas sehun yang masih duduk di ranjangku. Mas sehun meniduri sisi ranjang yang kosong, tepat di balik punggungku.Ia merapatkan tubuhnya denganku. Salah satu tanganmu mulai melingkar di perutku dan memelukku dengan erat.

"Maaf atas segalanya," suara mas sehun lembut sekali, rasanya aku ingin membalas pelukannya. Sadar lita! Dia cuma minta maaf, jangan baper.

"Kamu tidak pernah berubah ya," tidur lita. Jangan baper, mas sehun cuma merasa bersalah saat ini. Cepatlah tidur lita dan esokkan baik-baik saja.

"Dulu kamu memaksa masuk ke pekarangan rumahku dan berlarian disana sekarang kamu berhasil mendobrak pintu hatiku dan berlarian disitu, tapi kenapa kamu berpikir bahwa kamu gagal masuk? Dan berpikir bahwa wanita lain yang masuk, Mas masih tidak mengerti caramu berpikir Lita." Aku terkejut, apa maksud dari ucapan Mas Sehun? Jelas-jelas wanita lain yang berhasil mencuri hati Mas Sehun. Ah, sudahlah lupakan saja. Mas Sehun memelukku semakin erat hingga aku bisa merasakan nafasnya di pucuk kepalaku. Hangat. Hingga aku terbuai dan sampai pada pulau mimpi.

Tanpa terasa pagi menyapaku. Tapi aku belum punya niatan untuk beranjak dari kasur. Samar-samar ku dengar dengkuran halus, itu Mas Sehun. Inginku lihat wajahnya saat tertidur, kapan lagi kan? Tapi aku harus bisa move on. Mulai dari sekarang walaupun Mas Sehun seperti memberi sedikit harapan tadi malam. Tapi aku bukan seseorang yang selama ini ia impikan, aku hanya remahan kentang di matanya. Aku yakin itu. Tapi apa salahnya jika hanya melihat bukan? Memandangi untuk terakhir kalinya sebagai pria yang aku puja.

Aku membalikkan tubuhku perlahan agar ia tak terbangun karena tangannya masih memelukku. Berhasil. Aku melihatnya. Wajah Mas Sehun yang tenang saat tertidur begitu memabukkan. Wajahnya begitu teduh, rasa-rasa ingin menyentuh wajahnya. Sekali saja, untuk pertama dan terakhir. Baiklah, aku menarik napasku perlahan. Aku menyentuh pipinya perlahan dengan jariku. Halus dan kenyal, seperti moci. Sayang sekali aku tak bisa memegangnya setiap hari. Hidungnya yang indah begitu menggemaskan tak luput dari jari lentikku. Kulit putih pucat nya mengkilat di timpa sinar surya pagi. Bibir mungilnya seperti bayi. Sungguh pahatan Tuhan ini begitu indah dipandangi.

"Pagi Lita." Aku terkejut. Mata Mas Sehun masih terpejam tapi ia sudah bersuara. Apakah ia terbangun karena aku? Sepertinya aku tertangkap basah sedang mengagumi keindahan karya Tuhan.

"Pipi aku kenyal banget ya." Ia tersenyum tapi matanya masih terpejam.

"Maaf bikin Mas kebangun." Ia terkekeh lalu membuka matanya. Memangnya apa yang lucu?

"Mas mau setiap hari dibangunin seperti itu, bikin Mas gemas tahu." Ia mencubit pipiku. Sakit. Tapi aku juga senang hingga pipiku memanas. Untungnya kulitku kekuningan sehingga sulit melihat pipiku merona. Tapi, aku masih tidak mengerti maksudnya Mas Sehun itu apa.

"Maksudnya apa si? Kan nanti Mas Sehun punya istri sendiri, minta istrimu lah. Jangan aku ntar disangka pelakor lagi." Aku cemberut. Tentu saja, siapa sih yang ingin menjadi pelakor. Apalagi wajah kakakku yang tidak bisa ditoleransi, siapa yang tidak akan berpikiran bahwa aku tidak akan merebutnya.

"Kan istri Mas kamu nantinya." Dia tersenyum lebar. Dia memang ahli dalam membuai wanita. Tapi tidak mungkin. Aku tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan wanita yang selama ini ia impikan. Dari segi wajah, aku kalah telak.

"Apaan sih, becanda ga lucu tau!" Mas Sehun berhasil membuatku terbawa suasana. Ayolah, aku masih waras.

"Aku memang tidak bercanda, aku ingin menseriusimu. Kamu maukan jadi istri Mas Sehun yang ganteng ini."

"Mau banget la!" Ia memelukku lagi. Ia memang romantis. Rasanya tidak nyata.

Akhirnya mimpi sedari SMA terwujud. Meskipun aku tak tahu Mas Sehun benar-benar mencintaiku atau tidak. Tapi aku senang. Setidaknya tidak akan ada lagi wanita yang akan menyakiti Mas Sehun. Tidak ada lagi wanita yang mendekati Mas Sehun hanya demi harta. Karena posisi yang mereka inginkan sudah di duduki oleh aku. Aku, adiknya yang mengerti dia sedari kecil. Aku yang tidak pernah tega melihatnya menangis. Dan aku yang selalu ada di sisinya apapun keadaannya. Aku bahagia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Light Me Up (part 4)- Roselyn NorthGod

Matahari pagi Paris menyorot memaksa masuk ke dalam kamar hotel yang Sehun tumpangi untuk seminggu. Walaupun kenyataannya Mas Sehun tidak ta...