Minggu, 14 Juni 2020

BERSAMA BINTANG - Devi AMELIA

 Chapter 05







"Eh, kamu udah cuci tangan belum?" tanya Raya ketika melihat Bintang sudah membuka bungkusan nasi miliknya diatas dipan kamar dengan cepat.

Bintang menyengir, lalu mengusap tengkuknya sendiri. "Oh, iya."

Raya mencipratkan sisa air dari tangannya kearah Bintang sambil tertawa lebar. "Jorok banget, sih."

"Lupa. Eh, cuci tangan nya dimana?" tanya Bintang seraya menyapu pandangan ke sekelilingnya, mengamati secara detail keadaan rumah Raya yang menurut Bintang bahkan lebih bagus gudang dirumahnya.

Jujur saja, Sebenarnya Bintang risih melihat keadaan rumah Raya. Tetapi dia sudah berjanji tidak akan lagi bersikap egois dan merepotkan Raya seperti tadi. Bintang akan berusaha untuk tidak memprotes kebaikan Raya lagi.

Raya melompat keatas dipan kamar, lalu menunjuk kearah keran air yang ada didekat tumpukan kertas bekas dan botol plastik. "Itu, tuh.."

Kemudian Raya membuka bungkusan nasi miliknya sendiri, dan menunggu Bintang selesai mencuci tangan agar bisa makan bersama.

Alasan mereka makan diatas kasur berdipan itu adalah, karena tempat itu yang setidaknya mendekati kata layak dibanding tempat sudut rumah Raya lainnya. Lagipula, Bintang juga berjanji tidak akan berantakan saat makan. Dan Raya pasti akan memercayai segala ucapan Bintang.

"Cepet naik, terus makan." Pinta Raya seraya menepuk tempat disampingnya.

Bintang naik keatas Dipan, lalu duduk bersila ditempat samping Raya.

"Baca doa," Raya mengingatkan, sambil mengangkat tangan diikuti oleh Bintang yang sepertinya sudah fasih berdoa sebelum makan.

Tetapi setelah berdoa, Bintang malah tidak bergeming sama sekali. Anak cowok berkulit putih kemerahan itu malah fokus kearah Raya yang sudah menyuapkan nasi nya entah yang keberapa kali.

Merasa diperhatikan, Raya yang asyik makan akhirnya menoleh kearah Bintang.

"Kenapa?" tanya Raya bingung, seraya menelan sisa-sisa nasi dimulutnya. "Nggak enak, ya?"

"Enggak, bukan itu."

"Karena kamu terbiasa makan pakai sendok?"

Bintang menggelengkan kepalanya cepat, tersenyum sumringah. "Enggak, kok."

"Terus kenapa?"

"Kenapa.. lauk kita beda?" tanya Bintang.

Raya menunduk, melihat nasi bungkus miliknya yang sudah tinggal separuh lalu bergantian kearah nasi bungkus milik Bintang yang ada dipangkuan anak itu.

"Kenapa lauk aku ayam goreng, lauk kamu tempe sama tahu?" lanjut Bintang lagi.

"Kamu juga mau lauk dua macam, ya?" tanya Raya setelah lama berpikir. "Kamu mau tempe goreng punya Raya nggak? Belum Raya makan sama sekali, kok."

Raya mengambil sepotong kecil tempe goreng dari miliknya lalu memberikannya ke bungkusan milik Bintang.

Tapi kemudian Bintang menggeleng lalu mengembalikan potongan tempe goreng ke tempatnya semula. "Enggak, Raya. Aku mau nya pakai lauk yang sama kayak kamu."

"... Bintang--"

"Kamu sengaja ya, beliin aku yang harga nya lebih mahal?"

Raya tidak bisa menjawab apa-apa. Hanya tersenyum lebar. "Kan Bintang teman Raya,"

"Raya, kamu kenapa sih terlalu baik sama aku? Kan aku bukan siapa-siapanya kamu,"

"Soalnya, Raya nggak mau kesepian lagi. Raya mau ngasih apapun ke Bintang, semua nya. Asal Raya nggak kesepian lagi," Jawab Raya dengan suara mengecil.

Bintang tahu, ia hanya seorang anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Tapi rasanya, berada di lingkungan luar tanpa pengawasan orang tua menjadikan Bintang lebih merasa menjadi dewasa. Seperti Raya.

"Makanya.. Bintang jangan pergi, ya?" pinta Raya memohon. "Raya tahu, Bintang pasti nggak betah tinggal sama Raya. Bintang past--"

"Enggak, kok." Sela Bintang cepat. "Aku nggak akan pergi, aku seneng tinggal disini sama kamu."

Dan Raya bersumpah, ketakutan nya akan kesepian didalam hatinya perlahan mulai memudar. Entah kenapa, Raya sangat percaya dengan apa yang diucapkan Bintang.

Mama nya benar, sebuah bintang memang selalu membuat kesedihan menjadi ketenangan.

"Kita makan sama-sama aja, yuk!" Bintang berseru senang memecah keheningan, seraya menumpahkan bungkusan nasi miliknya ke bungkusan nasi Raya. Mereka makan berdua dengan semangat, tanpa ada perbedaan lauk lagi.

•••

"Happy birthday to me, Happy birthday to me, Happy birthday, happy birthday, happy birthday to me.."

Raya menyeka cepat ujung mata nya yang berair. Gadis kecil itu masih berada diposisi duduk yang sama, menatap langit malam hari ini. Entah kenapa, tiba-tiba hari ini beberapa bintang bersinar terang diatas sana. Dan jumlahnya lebih banyak daripada kemarin.

Geli, kalau Raya pikir semua itu ada pengaruhnya dari ulang tahun nya yang ke-enam hari ini.

".. Raya?" sahut Bintang yang tiba-tiba saja keluar dari rumah, mengosok sebelah mata nya untuk mengusir kantuk. "Kok disini?"

"Kamu kenapa bangun?"

"Denger suara kamu nyanyi,"

Raya tertawa lebar, lalu menggeser duduknya. "Ya allah, maafin Raya ya. Jadi kebangun deh gara-gara suara jelek Raya."

Bintang mengeliat, lalu duduk didekat Raya sesekali menguap.

"Hari ini kamu ulang tahun, ya?" tanya Bintang.

Raya mengangguk, tersenyum tipis. "Iya."

"Wah, kalo aku masih dua bulan depan ulang tahun nya."

"Raya lebih tua dari Bintang, dong. Adik Bintang yang paling baik.." Raya berceloteh.

Bintang terlihat kesal, "Tapi masih tinggian aku!"

"Tua'an aku."

"Iya, deh. Terserah aja. Happy birthday, Raya!" Ucap Bintang, lalu menepuk bahu Raya singkat. "Sekarang aku nggak bawa kado, tapi kapan-kapan kalo semisal aku udah balik ke rumah Mama sama Papa, aku bakal kasih kado yang paling bagus buat kamu."

"Hh?" Raya menatap Bintang terkejut. "Kamu mau pulang? Ninggalin Raya?"

Bintang mengusap tengkuknya sendiri, ia salah bicara.

"B-bukan, maksud nya.. Ah, kan kata aku kalo misalnya."

"Tetep aja, Bintang bakal ninggalin Raya kalo udah ketemu sama orang tua Bintang?" tanya Raya dengan suara pelan, mata nya yang bulat menjadi memerah.

Bintang diam, ia semakin salah bicara.

Raya langsung memeluk Bintang erat, seolah tidak mau melepaskan Bintang lagi. Nafas Raya berkejaran, air mata nya mengalir deras. Padahal baru saja ia mencoba untuk memercayai Bintang.

"Katanya nggak akan pergi, ninggalin Raya!"

"Iya, Raya.." Bintang menginterupsi. "Bintang bakal ajak Raya sekalian tinggal sama Bintang."

Raya menegakkan tubuhnya, menyeka air matanya cepat. Lalu tersenyum sumringah penuh harap, "Serius? Janji ya?"

"Iya, janji."

Dan Raya merasa, kalau sebentar lagi hidupnya akan terasa lebih cerah. Tentu saja karena janji Bintang. Raya tidak pernah sadar, bahwa itu hanyalah sebuah janji. Janji seorang anak kecil yang Bintang sendiri saja tidak tahu, mampu atau tidak ia mewujudkan janjinya.

Tapi Bintang akan berusaha mewujudkan janjinya, karena Bintang sayang Raya.

"Raya, warga sini kok kayaknya aneh ya? Sinis gitu." Sahut Bintang tiba-tiba, mengganti topik pembicaraan. "Masa tadi ada ibu-ibu liatin kamu terus, udah gitu bisik-bisik. Aku sempet denger, mereka bilang kamu anak stres."

Raya menahan napasnya, dada nya begitu sesak setelah mendengar ucapan Bintang. Tapi Raya hanya mengulum senyum, sambil terkekeh. Meskipun air mata nya mengalir deras enggan untuk berbohong, bahwa ia sedang tidak baik-baik saja.

Nyesel. Bintang menjadi merasa tidak enak sudah bertanya seperti itu.

"Raya, kenapa?" tanya nya.

Dan malam itu, adalah malam terpanjang untuk Bintang. Dimana telinga nya terbuka lebar demi untuk mendengar cerita Raya, latar belakang Raya dulu sampai kejahatan warga yang telah membakar 'mama' nya.

Bintang miris saat mendengar bahwa Mama asli Raya telah tidak ada, meninggal di sebuah tempat menggerikan, penjara. Beliau adalah korban ketidak adilan, atas dugaan pembunuhan seseorang yang sampai sekarang Raya sendiri tidak tahu siapa. Yang Raya tahu, orang itu pasti yang membuat Mama nya harus pergi.

Malam semakin larut, dan tangisan Raya masih terdengar sama. Bintang merangkul Raya, air mata Bintang menetes juga. Ia tidak tahu alasan ia ikut menangis, mungkin karena melihat Raya sedang terluka.

Air mata Raya, adalah kesedihan terbesar Bintang. Ia berjanji tidak akan meninggalkan Raya, sampai kapan pun.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Light Me Up (part 4)- Roselyn NorthGod

Matahari pagi Paris menyorot memaksa masuk ke dalam kamar hotel yang Sehun tumpangi untuk seminggu. Walaupun kenyataannya Mas Sehun tidak ta...