Jumat, 17 Juli 2020

Light Me Up Oleh : Roselyn NorthGod



   Di hari yang mendung ini aku masih menatap mentari yang bersembunyi di balik awan. Pikiranku kacau. Ingin sekali aku menyakitikan wanita itu. Wanita yang telah menyakiti masku padahal Ia dijadikan wanita paling berharga dihidupnya, melebihi adiknya sendiri. 

"Kayaknya bener kata Chanyeol, *kita harus ketemu Tante Heti. Setahu *kita si, Tante Heti itu paranormal. Tapi Ayah bilang tante Heti paranoid. Ya pokoknya harus ketemu tante Heti." Ucapku pada Sang Raja yang masih berjuang menerangi bumi.

 Aku pergi ke rumah tante Heti di kawasan Kabupaten Cirebon. Aku disuguhi pemandangan pepohonan yang hijau juga udara yang sejuk. Sesampainya di pekarangan rumah tante Heti, seorang wanita berusia 40 tahun itu menyambutku dengan pelukan hangat.

"Aku tau kok kenapa kamu kesini." Bahkan aku belum mengatakan sepatah katapun tetapi dia sudah tahu apa yang membawaku kemari. Tapi apakah dia benar-benar tahu kenapa aku kesini?

"Aku tau kamu pengen membunuh jalang yang kakakmu nikahi itu." Ucap tante dengan serigaian yang membuat alisku bertemu, "aku juga benci jalang itu, ia datang hanya untuk menguras habis harta keluarga kita." Bagaimana bisa ia mengetahui hal itu, "sudahlah, ayo kita masuk. Aku punya bajigur hangat kesukaanmu."

Aku menyesap minuman bersantan yang masih hangat ini. Tapi aku masih bingung. Bagaimana aku akan mengutarakan isi hatiku yang brutal dan tidak berperi kemanusiaan ini?

"Tante." Mungkin aku harus to the point saja.

"Aku mau Irene mati mengenaskan." Ucapku hanya dibalas senyum oleh tante.

"Aku juga ingin dia merasakan pedihnya penderitaan kakakku." Ku sesap kembali gelas berisi kopi bersantan itu, "contohnya?"

"Semua cairan yang keluar dari tubuhnya merupakan darah." Apakah aku terlalu kejam? Suara batinku terus bertanya.

"Sungguh? Menurut tante sih kurang kejam deh." Seketika pikiranku berlari kepada pendapat Ayah bahwa Tante Heti merupakan paranoid. Menurutku Tante Heti lebih seperti psikopat.

Aku pulang ketika jarum jam sudah menunjukkan pukul 23.00 malam. Aku mendapati Sehun tertidur di sofa ruang tamu. Sepertinya ia menungguku pulang," Mas, bangun. Tidurnya di kamar aja." Sehun menggeliat dan mulai membuka matanya. Ia hanya tersenyum sebagai bentuk penolakan. Mereka pasti habis bertengkar," Berhenti mengalah mas, kau harus tegas." Aku jengah dengan sikap pengalahnya itu. Ia hanya akan semakin terinjak-injak oleh istrinya. Oh, sepertinya aku salah. Jalangnya. Wanita itu tak pantas disebut istri.

Tak lama setelah aku menginginkan kematian jalang itu. Irene mulai terlihat tak berdaya dikesehariannya. Ya, dia mulai mengalami pendarahan yang mengerikan. Awalnya hanya muntah darah setelah memakan makanan yang bersantan. Kini terus berlanjut hingga keringat yang awalnya beraroma asam kini beraroma amis dan berwarna merah. Gedung yang dipenuhi oleh manusia yang tak sehatpun tak mau mengobati atau bahkan sekedar menampung Irene yang malang ini. Terlalu mengerikan untuk diobati, pikir para manusia berjas putih.

Kini sudah dua minggu jalang itu menjadi manusia yang sangat mengenaskan. Disetiap harinya hanya dapat bersedih. Seperti apa yang Sehun rasakan selama ini berbalik padanya. Wanita cantik nan pintar bak nirmala itu sekarang tak ada bedanya dengan sampah. Terbuang dan tak terpandang. Kecuali Sehun. Aku tak mengerti cara otaknya bekerja. Bagaimana bisa ia masih setia kepada jalang yang sudah mengeruk hartanya dan juga merampas kebahagiannya. Bagaimana bisa ?

Saat Sehun dan aku sedang sibuk dengan tugas masing-masing. Pintu kayu bergagang emas yang terletak dibagian depan rumah ini tergedor dengan begitu kencangnya. Seorang pelayan pria membukakan pintu. Belum sempat bertanya ada gerangan apa kemari. Pria berkulit putih pucat itu berteriak lantang memanggil nama seseorang menggunakan bahasa korea.

"Bae Irene!!!" Oh, sepertinya jalang itu memiliki masalah dengan pria tak dikenal ini.

"Ada apa ini?" tanya Mas Sehun. Pria itu terlihat dilanda murka, "aku ingin menjemput Irene pulang ke Korea."

"Memangnya anda siapa dapat membawa istri saya pergi dari rumah ini seenaknya." Ucap Mas Sehun penuh kesabaran, "Aku suaminya!!! Bukan dirimu, dia sudah menjadi istriku selama 5 tahun lamanya dan ia kemari untuk bekerja! Jadi jangan mengaku-ngaku bahwa kau adalah suaminya!" wajah pria itu terlihat memerah dan jari telunjuknya tak berhenti mengarah ke wajah  Mas Sehun. Amarahnya sudah mencapai ubun-ubun dan siap diledakkan. Terlihat di ujung tangga itu, ada seorang wanita yang ketakutan. Wanita itu kebingungan antara menemui pria asing itu atau menetap dimananya.

"Bekerja? Dia kemari untuk menikah denganku! Dan jaga sikap anda dirumah saya." Sehun terlihat mengepal tangannya bersiap menghabisi pria asing ini. Sedangkan wanita yang menjadi akar masalah ini hanya terdiam membeku di anak tangga. Aku mencium bau-bau pertarungan antar pria yang memperebutkan seorang wanita yang tidak jelas statusnya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Light Me Up (part 4)- Roselyn NorthGod

Matahari pagi Paris menyorot memaksa masuk ke dalam kamar hotel yang Sehun tumpangi untuk seminggu. Walaupun kenyataannya Mas Sehun tidak ta...