Jumat, 17 Juli 2020

Light Me Up (Part2) - Roselyn NorthGod


 "SUDAH CUKUP!" Wanita di tangga itu berteriak sambil terisak. Ia tersakiti dan malu. Tampak jelas di wajahnya. Mas Sehun pun terlihat menahan tinjunya begitu pula dengan pria asing itu.

 "Apa maumu Suho? Kau ingin aku pulang?" Wanita itu tak bisa membendung isakkannya.

 "Ya! Pulang, tempatmu bukan disini." Wanita itu mengangguk setuju akan pernyataan lelaki yang mengaku sebagai Suaminya itu. Wanita itu mulai menuruni anak tangga dan mendekati pria asing itu.

 "Tunggu!" Cegat Mas yang membuatku geram.

 "Kau juga istriku, kita menikah atas dasar cinta. Kau tidak bisa meninggalkanku begitu saja." Aku lelah dengan drama ini, aku tau bahwa Mas Sehun mengetahui Irene tidak benar-benar mencintainya. Sadarlah Mas. Aku yang mencintaimu, dengan tulus.

 "Cinta? Maafkan aku selama ini aku hanya mencintai hartamu. Kuharap kau tau itu." Sepasang manusia itu pergi tanpa pamit. Hanya meninggalkan jejak. Sepertinya aku harus menyumbangkan pakaian Irene yang ditinggal sang pemilik.

Tapi aku dapat melihat kakakku tercinta hanya diam mematung. Dari sudut matanya terlihat ada perih yang berusaha ia tahan. Aku tahu ini semua tidak mudah baginya. Tapi aku tidak bisa membiarkan wanita busuk itu terus menggerogoti hati dan harta Mas Sehun. Aku dapat melihat bulir air mata hampir terjatuh dari sudut matanya.

"Mas Sehun?" Ayolah, masih ada aku disini. Janganlah kau bersedih. Bukankah kau juga menyayangiku ? Ia menunduk. Memandang ujung kakinya yang lebih indah dilihat daripada pintu itu. Ia tersenyum getir. Berusaha menahan pedih.

"Mas gapapa kok. Hanya terkejut." Hanya terkejut? Baiklah. Tak apa bila hanya terkejut. Ia pergi ke ruangannya tanpa kata lagi. Mungkin benar. Hanya terkejut.

3 minggu sudah berlalu. Mas Sehunpun sudah sedikit bersinar. Sepertinya ia sudah melupakan wanita itu. Ingin sekali aku menggantikan posisi wanita itu. Tapi belum saatnya. Mas Sehun masih terluka dengan kepergian wanita itu.

Aku dan Sehun sedang bersantai di ruang Tv. Aku ingin menonton film kesukaannya yang akan tayang malam ini. Tinggal 30menit lagi. Oh, ada Breaking News. Kira-kira ada apa ya. Tumben sekali malam-malam begini ada. Kapal tenggelam di Korea Selatan? Separah itukah sampai masuk ke berita Indonesia?

"Kasihan ya." Akhirnya ia mengeluarkan suara. Biasanya jika ada berita ia hanya akan diam. Dan menyuruhku juga untuk diam. Tumben sekali. Akhirnya filmnya mulai. Film laga kesukaannya ini biasanya ampuh mengobati luka sedihnya. Seperti saat Ayah meninggal.

Drrtt drrttt drrtt

"Itu hpnya bunyi Mas, diangkat dulu kek ganggu tau." Kesalku.

Terdengar suara asisten Mas Sehun, Jeno. Sepertinya bukan tentang bisnis. Samar-samar ku dengar tentang kapal yang tenggelam. Mas Sehun menjauh. Sepenting itukah kapal yang tenggelam itu? Apakah ada hubungannya dengan Mas? Bukannya itu milik Korea Selatan. Setahuku itu bukan milik Perusahaan. Mas Sehun kembali. Dengan wajah kusut. Apakah ada bisnis yang berhubungan dengan kapal itu? Ada apa sebenarnya. Kenapa Mas Sehun diam saja. Tapi wajahnya hampir mengeluarkan air mata.

"Ada apa?" Aku berusaha menggenggam tangan Mas. Berusaha menenangkan.

"Kapal yang tenggelam itu membawa Irene dan suami aslinya." Air mata itu berhasil jatuh. Disusul dengan dua air mata lainnya.

Yang benar saja. Dia masih memikirkan wanita itu. Wanita yang merobek-robek hatinya. Lalu pergi tanpa pamit. Seolah tidak ada cinta kasih yang tersimpan di hatinya.

"Sudahlah Mas. Ia sudah pergi jangan dipikirkan lagi." Aku mengatakan apa yang menurutku benar. Dan memang benar bukan? Wanita dengan 2 suami. Yang benar saja.

"Tapi aku masih sayang sama dia." Sayang? Sungguh terlalu kau mas.

"Mas dulu aku tu yang paling disayang masa mas. Kenapa sekarang enggak. Kenapa mas suka sama cewe bajingan itu, kenapa sama Lita enggak?"

"Jaga mulutmu Lita! Kamu hanya sebatas adik, bukan kekasih." Mas melangkah pergi. Tapi ia harus mendengarkan aku sekali saja.

"Tapi kamu juga berhak bahagia! Sampai kapan mas akan terus terinjak-injak oleh rasa yang tak terbalas dari wanita jalang itu! Cewe itu udah menginjak-injak harga diri kamu di depan teman-temannya. Inget ga !" Ia terdiam. Mungkin ia sedang berpikir kalau aku benar.

"Inget ga, dulu mas ditampar cuma gara-gara tas berharga selangit itu. Padahal mas jauh lebih berharga daripada tas itu. Inget ga mas ? Bukannya itu sakit? Sekarang mas bebas dari rasa sakit itu. Berbahagialah mas." Aku dapat melihatnya sedikit tersenyum.

"Tapi aku sendiri sekarang Lita." Astaga, buka mata dan hatimu Mas.

"Bangunlah Mas, masih ada Lita disini." Mas pergi. Tanpa bersuara lagi. Mungkin ia akan berubah pikiran. Semoga saja. Aku tak ingin melihatmu terluka lagi. Aku hanya ingin dia bahagia. Dan aku tahu, aku juga bisa membuatnya bahagia. Bukan hanya wanita itu. Atau wanita manapun selain aku. Karena hanya aku yang mengenalnya. Sejak kecil.

Matahari pagi menyapa sudut jendelaku hari ini. Hari ini adalah hari minggu. Hari yang semua orang tunggu. Aku akan membuatkan sarapan untuk Masku. Ia pasti akan senang. Aku membuatkan telur yang dimasak setengah matang. Orang-orang memanggilnya omelette. Aku memanggilnya telur dadar setengah matang.

Semua sudah siap. Waktunya membangunkan Mas. Aku pergi ke kamarnya. Mengetuk pintu. Tapi tak ada jawaban. Mungkin Mas sedang pergi lari pagi. Manusia berperut kotak-kotak itu tak ingin tubuhnya jelek. Ia duda tampan. Aku menunggu sampai ia pulang.

Aku menunggu di meja makan. Sambil memainkan ponsel pintarku agar tak mudah bosan. Aku menunggu sekitar 30menit. Ia tak kunjung datang. Mungkin ia pergi ke car free day. Aku akan tetap menunggu. Karena rasanya sudah lama sekali tidak makan berdua bersama Mas. Aku menunggu lagi. Hingga tak terasa sudah 1 jam lamanya aku menunggu. Cacing-cacing di perutku sudah tidak sabar untuk diberi makan. Aku menunggu lagi. Lama sekali. Sampai akhirnya aku tidak kuat lagi menahan gejolak lapar. Aku makan terlebih dahulu. Mungkin minggu depan aku baru bisa makan bersama Mas.

Aku memutuskan untuk sekedar menonton Tv. Melarikan diri dari tugas kuliahku. Aku mengambil benda persegi panjang penuh tombol itu. Aku memutuskan menonton drama picisan. Sebenarnya membosankan. Hingga aku tertidur karenanya.

Aku terbangun karena suara iklan Tv yang mengejutkan. Kulihat jam. Sudah jam 11 siang. Sebentar lagi makan siang. Apakah mas sudah sarapan? Kulihat meja makan. Masih ada sarapan yang tadi aku siapkan. Mungkin mas sudah sarapan di luar. Tapi kenapa tidak membangunkanku? Aku memutuskan pergi ke kamar Mas Sehun.

Ku ketuk pintunya. Tak ada jawaban. Apakah tertidur? Tanpa sengaja pintu kamar Mas terbuka. Baiklah aku akan masuk. Tak ada Mas. Aku semakin masuk. Lalu mas kemana bila tak ada di kamar. Dan kenapa semua baju Mas tak ada! Mas Sehun pergi dari rumah? Tapi kenapa? Ada surat tergeletak di atas kasurnya. Ku buka.

 "Hai Litaku Tersayang.

Maaf aku pergi subuh tadi. Aku baik-baik saja, aku pergi hanya untuk berlibur. Jangan cari aku, aku akan pulang ke rumah pada saatnya. Jadi aku titipkan perusahaan kita, kamu mengerti kan? Itu bidang kamu. Semangat skripsinya ya, Mas yakin kamu bisa cumlude. Dan jangan terlalu memikirkan mas karena mas baik-baik saja dan mas juga tidak yakin kapan mas akan pulang. Tapi mas janji akan segera pulang. Jangan bersedih ya <3

Salam sayang,

MasMu Tercinta"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Light Me Up (part 4)- Roselyn NorthGod

Matahari pagi Paris menyorot memaksa masuk ke dalam kamar hotel yang Sehun tumpangi untuk seminggu. Walaupun kenyataannya Mas Sehun tidak ta...